Desa Tlaga

Desa Tlaga

Selasa, 31 Agustus 2010

Mudik sehat 2010

Buat para warga Tlaga yang akan mudik, agar selalu waspada terhadap kemungkinan gangguan kejahatan yang dewasa ini meningkat tajam. Kejahatan yang sering terlihat di berita televisi sungguh sulit dipercaya dan terjadi di negeri tercinta ini, negeri dengan sejuta semboyan kebaikan.

Bagi biker, jangan lupa untuk memeriksa kendaraan dengan standar tinggi tanpa kompromi. Check oli mesin, tali gas, kopling, rem dan semua tehnis kendaraan. Jangan membawa anak atau penumpang lebih dari satu orang pembonceng. Bawalah barang bawaan secukupnya, karena di kampung halaman semua jenis kebutuhan sudah tersedia. Bawalah uang secukupnya, dan bawalah bekal minuman maupun makanan.

Bila sejak 2 tahun yang lalu, kepolisian sudah memberikan sosialisasi terhadap pengendara roda 2 yang akan mudik bahwa membawa penumpang lebih dari 1 orang penumpang sangat beresiko dan sudah dilakukan pengarahan bersama dokter anak, yang menyatakan bahwa anak-anak yang diboncengkan bersama anggota keluarga lain di atas kendaraan roda dua belum siap secara fisik menghadapi terpaan angin maupun hujan selama berkendaraan. Maka pada tahun 2010 ini, tidak lagi bersifat sosialisasi, namun penegakan hukum.

Kamis, 19 Agustus 2010

Mendulang karet di tanah Presil


Presil, merupakan lahan ex perkebunan karet pada era belanda hingga tahun 70-an yang kemudian dikelola oleh PT Perkebunan VI (enam apa lima, yah?). Sumber berita dari para sesepuh menyebutkan, pada jamannya, Presil merupakan hutan karet yang lebat dan dihuni oleh berbagai satwa liar, seperti kera, kijang, dan celeng. Karena masa sadap tanam dibatasi oleh masa produksi getah tanaman karet, maka PTPN (Perkebunan Nasional) menghentikan kegiatan produksi dan menutup pabrik di Presil. Tanaman karet ditebang dan lahan tidur diperbolehkan untuk garapan pertanian oleh warga sekitar dengan berbagai tanaman pangan seperti: padi gogo (darat), ubi, talas, umbi rambat, uwi, kacang, kedelai, dan sebagainya.

Senin, 16 Agustus 2010

Waduk


Beberapa bulan lalu sedianya akan dibangun waduk, sebagai penampung air hujan maupun dari aliran sumber mata air yang ada di wiliayah ujung utara desa Tlaga. Patok merah sudah mulai ditancapkan, surveyor dari dinas pekerjaan umum kabupaten sudah datang untuk mengkaji lapangan.

Kendala yang timbul tertundanya proyek waduk Tlaga karena masalah pembebasan lahan berupa sawah yang masih belum diizinkan pemiliknya untuk terendam sebagai waduk. Barangkali sosialisasi terhadap yang warga yang masih kurang atau memang pemahaman akan manfaat yang bisa dirasakan warga bila kelak terealisasinya bendungan tersebut.

Bayangkan, waduk itu telah selesai dibangun, beberapa manfaat sosial ekonomi yang akan diraih sebagai berikut:
1. Perikanan air tawar
2. Wisata air
3. Pengadaan alat-alat selam, atau perahu dayung
4. Kontribusi perparkiran
5. Munculnya pedagang-pedagang baru di sekitar waduk

Tentu saja pemilik lahan yang terkena luapan air waduk ini mempunyai kedudukan istimewa yang salah satunya diatur oleh pemerintah desa, seperti: ikut berwenang dalam pengelolaan tambak ikan yang prosentase pendapatannya telah ditentukan. Selain itu, seluruh pemilik lahan tetap sebagai pemilik yang sah terhadap lahan mereka masing-masing yang terkena proyek waduk.

Proses masih bergulir, semoga segala aspek telah dikaji dan dipertimbangkan untuk terus dilanjutkan atau sama sekali dihentikan. Tapi saya pribadi berpendapat, proyek ini pantas dilanjutkan, karena selain potensi ekonomi yang akan terjadi, pengadaan air bersih ketika kemarau datang sangat mendesak untuk diadakan.



Jumat, 13 Agustus 2010

Coklat


Tanah dan topografi desa Tlaga sangat cocok dengan tanaman Kakao. Tanaman kakao merupakan penghasil biji kakao sebagai bahan baku pembuatan coklat. Permintaan cokelat di tingkat dunia sangat tinggi, baik saat ini maupun di masa depan. Beberapa penghasil biji kakau pilihan adalah dari perkebunan yang dikelola secara profesional. Namun alangkah disayangkan ternyata biji coklat dari Indonesia punya mutu kurang bagus karena penanganan pasca panen yang tidak memenuhi standar.

Prospek yang sangat bagus bagi para warga Tlaga yang memiliki lahan tidak tergarap maksimal, dan membuatnya hijau nan rimbun dengan masa panen yang terus menerus setelah pohon kakau mulai berbuah. Tanaman coklat diperbanyak melalui pembibitan dari biji pilihan, disemai pada media tanam baik polybag, atau pun persemaian di atas tanah dengan komposisi pupuk kandang dan tanah. Setelah tumbuh sekitar 3 bulan dari kecambah, tanaman bisa dipindahkan ke areal perkebunan yang sudah disiapkan lubang dan pupuk kandang.

1-2 tahun, tanaman ini sudah mulai berbuah dan tidak kenal musim, karena sekali berbunga, seluruh dahan dan batang akan terus tumbuh bunga kakao.


Fermentasi.
Dari berbagai sumber yang saya baca dan pelajari, kenapa coklat indonesia bermutu kurang baik, adalah karena tidak dilakukannya fermentasi ketika biji coklat segar yang dikeluarkan dari kulit buahnya. Kebanyakan dari petani kakao hanya membelaha buah kakau, untuk diambil bijinya, lalu direndam untuk menghilangkan lendir dan langsung menjemur supaya kering. padahal justru lendir inilah yang akan menjaga rasa dan aroma coklat ketika fermentasi berlangsung.

Saya menanam pohon kakao di belakang dan samping rumah hanya dari biji yang tergeletak, lalu tumbuh menjadi besar, dan saat ini sudah berbuah. Namun hanya senang memetik buahnya, sementara bijinya sering teronggok di lantai atau hanya langsung dijemur tanpa tahu harus diapakan setelah terkumpul banyak. Paling nanti akan saya jadikan bibit kakao, dan akan ditanam ketika pada musim tanam tahun depan.

Kalau setiap warga menanam kakau di masing-masing kebunnya, pasti 3 tahun kemudian, desa Tlaga menjadi penghasil biji coklat, lalu akan muncul pedagang-pedagang baru pemburu biji coklat. Karena merekalah perantara yang handal antara penghasil kakao dan pemasok yang ada di kota.

Coklat Beneran.
Bila pemahaman masyarakat terhadap penanganan kakao sudah benar, langkah berikutnya adalah bagaimana membuat biji coklat menjadi coklat jadi yang siap guna. Aneka makanan bisa dibuat dari bahan baku coklat. Bolehlah bersaing kelak, bila Tlaga sudah bisa memasok coklat batangan, bubuk coklat, permen coklat dan lainya dengan kedburi atau delfi sekalipun.


Kamis, 12 Agustus 2010

Blog dari email

Percobaan satu dua tiga.

Mengupdate blog dari email, semoga berita yang kami sajikan selalu update dan informatif

Selamat menunaikan ibadah puasa

Rabu, 11 Agustus 2010

Oleh-oleh Tlaga

foto:google
Panganan khas dari Tlaga cukup beragam dari jenis kripik hingga dodol. Tidak ada catatan khusus mengenai asal-usul camilan dari Desa ini. Tetapi dari pengamatan sehari-hari yang terhimpun dari dulu kala bisa dijelaskan sebagai berikut.
1. Sriping
Terbuat dari pisang segar, baik mentah atau masak dari pohonnya dan digoreng hingga kering dan dikemas terpisah. Sriping dari pisang segar berwaran kuning keemasan rasa gurih dan asin, untuk yang pisang masak, akan berwarna coklat kehitaman, tanpa gula tapi berasa manis alami.


Selasa, 10 Agustus 2010

Lumbung Padi


Wolak-waliking Jaman...


Demikianlah musim di jaman modern ini, yang lazim saat ini adalah musim kemarau, akan tetapi Maret, April, Mei, Jun, Juli malah lebat-lebatnya hujan. Tapi tentu menyenangkan bagi sebagian orang, terlebih saya yang menyukai musim hujan.


Tetapi kita juga harus cukup waspada, apa musim hujan yang panjang belakangan ini bentuk kemurahan Allah SWT ditengah-tengah banyaknya kemerosotan ahlak manusia? Di jaman modern ini banyak orang melupakan kata hati atau firasat, semua berpatokan pada perhitungan ilmiah. Dan ini sering kali terjadi bahkan dari ribuan tahun.


Kita tentu masih ingat kisah nabi Yusuf di jamanya ketika bermimpi bertemu 7 ekor sapi kurus yang memakan 7 ekor sapi gemuk. Tahwil mimpi itu menjadi kenyataan ketika datang musim yang subur bahan pangan melimpah, lalu datang musim kemarau dan mengakibatkan paceklik di mana-mana. Namun demikian, mudah-mudahan tidak akan se-extrim itu. Karena semua kisah yang pernah terjadi adalah menjadi hikmah dan petunjuk untuk hari berikutnya.


Dan yang terjadi saat ini semestinya semua warga masyarakat tidak lengah dan terlena oleh buaian musim hujan. Justru kita harus meningkatkan kewaspadaan ketika panen berlimpah, air ada di mana-mana, di saat itulah perlu adanya dilakukan persiapan untuk semua kemungkinan yang terjadi.


Hal pokok kehidupan manusia adalah pangan, dan desa adalah penghasil sumber makanan untuk suply ke kota-kota. Beras, sebagai makanan pokok rakyat Indonesia pada umumnya, semestinya harus dikelola dengan benar supaya selalu terjaga ketersediaan beras nasional melalui mekanisme distribusi yang dilakukan Bulog.


Untuk wilayah Tlaga dengan lingkup kecil, tidak ada salahnya menhidupkan kembali budaya lumbung padi untuk mengantisipasi krisis pangan ketika benar-benar terjadi kemarau panjang. Adalah sangat mutlak bagi kita untuk berusaha mengantisipasi sesuatu yang belum pasti terjadi.

Pembuatan lumbung sebaiknya didirikan di setiap grumbul yang dikelola oleh orang bijak yang dipilih oleh warga.


Senin, 09 Agustus 2010

Kabar Burung

gambar: cumbri.com
Menghabiskan masa kecil di desa Tlaga merupakan kenangan paling berkesan dalam hidup saya. Tentu saja bukan saya percuma yang merasakan hal demikian, pasti semua orang merasakan kenangan terindah ketika masa anak-anak di manapun tempatnya. Semua hal yang terbayang dalam benak anak-anak hampir terdapat di desa ini.

Kicau burung di pagi hari di dahan-dahan tanaman pekarangan rumah ataupun di sepanjang jalan banyak terlihat aneka macam dan berbagai ukuran. Lincahnya mereka melompat ke sana ke mari sambil bernyanyi, dan sangat pas dengan negeri dongeng yang pernah saya dengar maupun baca di buku cerita.

Sabtu, 07 Agustus 2010

Kayu

Desa Tlaga merupakan penghasil kayu keras dan salah satu pemasok 10 besar dari Kecamatan Gumelar. Kayu dari pohon yang ditanam oleh petani penggarap di kebun-kebun biasanya sudah berumur puluhan tahun untuk mendapatkan kwalitas baik dengan galih (inti kayu) hitam.
Beberapa jenis kayu yang terdapat di Desa Tlaga adalah:
- Jati
- Mahoni
- Angsana
- Sengon / Albasia
- Waru
- Kayu pohon buah (nangka, rambutan, randu, dll)
Para pemborong kayu merupakan tokoh sentral dalam perdagangan kayu di desa ini. Mereka berjibaku dengan pekerjaannya setiap hari yang meliputi:
- Menaksir tinggi dan diameter kayu yang selanjutnya menebak harga beli
- Menyiapkan modal untuk pembelian kepada pemilik pohon
- Harga yang sudah disepakati menjadi dasar pemborong untuk penentuan waktu tebang
- Menghubungi crew tebang: Pemilik chain saw, blandong (juru angkut kayu), dan armada
Biasanya penebangan dilakukan berada di lokasi yang berbeda-beda dengan topografi yang beragam pula. Itu salah satu kesulitan dan tantangn menekuni bisnis penebangan kayu. Kayu yang sudah ditebang, akan dipotong-potong sesuai standar pabrik atau pembeli yang sudah menyiapkan data ukuran kayu tersebut. Bila pohon yang ditebang diperuntukan untuk pabrik pengolahan, biasanya kayu hanya dipotong-potong dengan panjang tertentu dan masih berbentuk gelondongan/logg.
Di Tlaga sendiri sudah ada 2 pabrik pengolahan kayu, yang keberadaanya sangat membantu warga masyarakat yang akan mendirikan bangunan maupun ketersediaan aneka kebutuhan yang diperlukan tukang kayu dalam membuat pesanan furniture. Pabrik yang ada bersifat membentuk kayu menjadi bahan baku untuk dapat diolah sesuai kebutuhan. Beberapa jenis olahan kayu yang diproduksi di pabrik ini antara lain:
- Balok
- Papan
- Usuk
- Reng
Untuk balok dimensinya bisa bervariasi sesuai kebutuhan dan pesanan. Dan perluasan (diversifikasi) usaha dari bidang kayu belum berkembang seperti: pallet, blangket buah, dan alat bantu yang terbuat dari kayu yang sifatnya afkir.
Banyak sekali bidang usaha yang perlu digali dari jenis usaha perkayuan ini. Tukang kayu kebanjiran pesanan dari sekolah berupa set meja kursi belajar. Lemari, jok, kursi, daun pintu, kusenan dan lainya biasanya menggunakan kayu Jati yang lebih keras dan harga jualnya lebih mahal. Untuk usaha kerajinan lain belum ada yang menggarap, apakah itu ukiran atau rak cantik, dan showroom produksi kerajian kayu dari Tlaga.
Serbuk kayu yang melimpah telah dimanfaatkan warga sekitar melalui karang taruna untuk memproduksi jamur tiram.
Kalau ada yang berminat membeli kayu dalam jumlah tertentu baik itu gelondong maupun setengah jadi, silahkan email ke: kiswong@yahoo.com

Kamis, 05 Agustus 2010

Pabrik Komoditas

Teringat masa kecil dimana ada pabrik minyak atsiri dari daun cengkih dan dilem (nilam) yang berlokasi di Djayim dan Sumber. Harumnya ketika melewati pabrik itu dan ramainya anak-anak yang bermain ketika sore di sekitar pabrik.

Berangkat dari situ, rasanya ingin sekali menggarap prospek ini dengan berbagai pertimbangan baik bisnis maupun sosial ekonomi. Yang paling masuk akal diadakan kembali pabrik komoditas adalah karena warga Tlaga yang masih banyak menjual rempah maupun komoditas perkebunan lainnya. Saat ini kapulaga menjadi primadona para penderes getah pinus menjadi sampingan yang menggiurkan. 1 Kg kapulaga kering bisa dijual dengan harga Rp. 50.000 padahal perawatan tanaman kapulaga tergolong ringan dan nyaris tanpa hama berarti. Belum lagi dari hasil perkebunan lain seperti: Merica, Kemukus, Cengkih dan lainnya.

Untuk pabrik tepung tapioka sudah menjamur di banyak tempat di wilayah Kecamatan Gumelar, termasuk di Desa Tlaga. Minyak atsiri dari daun sereh maupun nilam perlu kiranya dapat perhatian dari pemilik modal untuk menggarap dengan manajemen terkini. SDM menjadi poin penting untuk menyelenggarakan suatu jenis usaha padat karya.

Beberapa persiapan yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
1. Alat dan mesin
2. Ketersediaan Bahan baku
3. Pekerja dan sistem upah
4. Perawatan alat dan mesin
5. Sistem pemasaran
6. Penunjukan broker
7. Dan lain sebagainya

Bukan hal mudah memang untuk membuat sebuah pabrik dengan banyak kepentingan, tentu akan riskan terhadap gesekan. Maka dari itu apapun usaha yang akan dirintis perlu dimulainya penanganan secara profesional dan jauh dari antar pribadi.

Rabu, 04 Agustus 2010

Sejangkau Siar

Menikmati siaran radio dari stasiun lokal dengan bahasa pengantar khas nGguumelaran, terasa sekali sensasinya. Banyolan dan cara berkomunikasi dengan pendengar sungguh membuat saya terhibur. Dan pasti bukan cuma saya yang terhibur dengan siaran radio FM dari kota kecamatan Gumelar ini, selain pembawaanya yang membumi, lagu-lagu yang disuguhkan juga ringan dan sesuai dengan kondisi kedaerahan.
Pengiklan di radio tersebut sudah mulai beragam, dari toko kelontong hingga meubel bahkan hingga penyedia sarana hajatan. Bila ada iklan yang harus pakai model, tentu saja menggunakan bahasa Jawa Gumelaran. Mendengarkan bagi saya memang lebih terasa khasiatnya dari pada menonton. Maka ketika ada frekuensi FM yang dipakai oleh para tim kreatif muda dari Gumelar beberapa tahun yang lalu, saya sering menikmati di sela-sela santai di rumah bersama keluarga. Dewasa ini tontonan di televisi sangat sedikit yang memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan anak-anak pada khususnya.
Radio, di manapun tempatnya selalu menjadi kenangan tersendiri bagi para pendengarnya. Selain itu seringkali menjadi inspirasi bagi para muda untuk lebih menghargai informasi melalui radio, sekaligus sebagai sarana untuk melatih sebagai pendengar yang baik.
Dearah Tlaga sangat baik dalam hal menerima gelombang siaran radio Hiba FM ini, dan warga masyarakat sering berkoresponden baik melalui sms maupun kartu atensi yang dijual di warung-warung terdekat.
Mimpi saya pun terwujud oleh orang lain yang lebih dulu punya kesempatan..

Selasa, 03 Agustus 2010

PAM masuk Tlaga

Paralon merk Wavin dari ukuran besar hingg sedang bertumpuk di setiap pinggir jalan, namun yang paling banyak terlihat adalah di kediaman Pak Rindam, dimana rumah tersebut sebagai basis operasional PT PDAM dari Purwokerto. Bulan Mei 2010 dimulainya pekerjaan penggalian di sepanjang jalan dari ujung utara desa Tlaga. Beberapa warga setempat diikutsertakan dalam pekerjaan mulai dari sumber air yang berpusat di Presil, hingga menggali sepanjang jalan yang dilalui paralon tersebut.

Menurut sumber terpercaya, sasaran utama adalah untuk memenuhi warga masyarakat Tlaga untuk menikmati air pegunungan yang bersih dan higienis. Karena di beberapa titik memang sangat rawan air ketika datang musim kemarau.

Bersyukur, sampai saat ini tempat hunian kami punya suplay air yang cukup , didapet langsung dari bukit, mata air dari pohon mbulu yang ada di tengah-tengah pohon pinus. Dengan menggunakan tenaga grafitasi yang ada kami di grumbul J-lo (jambenom Lor -red) masing-masing memasang paralon atau selang dan masuk ke rumah-rumah.

Pada kesempatan yang lalu saya sempatkan ngobrol dengan PakRT 01 bahwa kiranya perlu diadakan penertiban terhadap berseliwernya aneka macam transporter air yang mengganggu pemandangan dan rawan konflik antar warga. Meskipun sampai saat ini belum pernah terjadi saling ngotot atau baku hantam gara-gara air. Semua masih terlihat normal dan alami, menjaga tenggang rasa, dan bila ada yang menemukan selang/pralon yang putus di tengah jalan, tentu kami akan saling menolong untuk menyambungkan kembali. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, pembangunan rumah yang makin padat, tidak ada salahnya bila hal vital tersebut diantisipasi untuk dibuatkan penampung air bersama, sehingga dari pusat mata air hanya satu pralon besar dan masuk ke penampung yang kemudian seluruh warga akan mendapat lobang distribusi untuk diteruskan ke masing-masing rumah.

Ketika berlimpah, kehilangan tidak akan menjadi hal besar
ketika kekurangan, akan terasa betapa bergunanya sesuatu.
Menjaga hutan lestari, adalah menjaga persediaan air ketika benar-benar dibutuhkan.

3 Masa Tanam

Memperhatikan musim tahun ini di Tlaga sebenarnya sangat menghibur bagi para petani padi. Bagaimana tidak, Anugerah alam yang murah dengan datangnya musim hujan dari akhir 2009 lalu sampai saat ini masih terus mengguyur setiap hari. Jeda terik mentari di sela-selanya pasti anugerah juga bagi semua mahluk yang bernama tumbuhan untuk memasak aneka nutrisi dari akar untuk menumbuhkan daun, dahan dan ranting baru, kuncup bunga dan menonjolkan putik.

Para petani yang memiliki sawah tentuh senyum sumringah setiap pergi ke pematang untuk matun (menyiangi gulma) atau mempersiapkan petak untuk digarap kembali. Sangat jarang terlihat ada pemuda yang terlibat dalam masa tanam ini. Kebanyakan dari mereka adalah para usia lanjut yang memang sudah terbiasa dengan lumpur dan cangkul.

Seolah tidak mau tahu atau memang tidak ada informasi yang mereka dapatkan, para petani terus dengan jerih payah mengolah lahan yang baru beberapa hari yang lalu dengan sawah menguning dengan bulir-bulir padi yang mrisih. Anggapan bahwa musim hujan tidak tentu datang seindah kali ini, maka aji mumpung segera diterapkan dengan menghajar tanah untuk terus ditanam dengan komoditas yang sama, varietas padi yang sama tanpa jeda sedikitpun untuk tanah dalam menetralisir tingkat keasaman, kesuburan, dan kegemburan.

Dapat dilihat, saat ini beberapa lahan persawahan yang sudah ditanam padi untuk masa ke-tiga terlihat tidak sesubur sebelumnya. Ujung daun kecoklatan dan beberapa tidak tumbuh normal, meski pupuk terus dimuntahkan dari karung warna putih.

Entah kata sakti apa untuk bisa merubah cara pandang petani di kampungku untuk tidak sesering mungkin memakai pupuk kimia. Padahal pupuk kandang dari ternak masing-masing yang mereka miliki sudah cukup untuk ditebarkan di lahan pertanian. Kalau dalam setahun berharap panen 3x dengan asumsi bayangan keuntungan sekian, tetapi alam tidak bisa menghitung untung rugi, dia hanya tahu hukum sebab akibat.

Hanya dari mulut ke mulut saya sudah beberapa kali pada diskusi tidak formal menyampaikan akan pentingnya penggunaan pupuk kandang, atau runggang dari kandang sapi atau kambing. Tanah tlaga sudah kenyang dengan pupuk buatan, mungkin sudah iritasi kalau itu terjadi pada manusia. Maka tidaklah berlebihan kalau di masa tanam yang ke tiga kali ini, alam sementara tidak mau bermurah hati.

Yuk, kurangi penggunaan pestisida dan pupuk buatan.
Majulah Tlaga