Presil, merupakan lahan ex perkebunan karet pada era belanda hingga tahun 70-an yang kemudian dikelola oleh PT Perkebunan VI (enam apa lima, yah?). Sumber berita dari para sesepuh menyebutkan, pada jamannya, Presil merupakan hutan karet yang lebat dan dihuni oleh berbagai satwa liar, seperti kera, kijang, dan celeng. Karena masa sadap tanam dibatasi oleh masa produksi getah tanaman karet, maka PTPN (Perkebunan Nasional) menghentikan kegiatan produksi dan menutup pabrik di Presil. Tanaman karet ditebang dan lahan tidur diperbolehkan untuk garapan pertanian oleh warga sekitar dengan berbagai tanaman pangan seperti: padi gogo (darat), ubi, talas, umbi rambat, uwi, kacang, kedelai, dan sebagainya.
Mulai Th. 2006 berita beredar di masyarakat bahwa Presil akan kembali diaktifkan menjadi perkebunan karet. Pemerintah desa dan wakil dari PTPN mulai mendata penduduk yang akan menggarap lahan tersebut dengan tema kemitraan. Dan mulai saat itu beberapa penduduk terutama petani antusias untuk menanam pohon karet. Pak Supar, salah satu warga Tlaga yang menggerakan warga untuk ikut aktif menanam karet di Presil maupun di lahan sendiri. Dan dari tangan seorang Ayah dengan 4 orang anak ini, warga sekitar mendapatkan bibit tanaman karet baik dengan cara pembelian maupun kerjasama saling menuntungkan di bidang Pertanian.
Bibit karet yang diadakan oleh Pak Supar merupakan bibit karet unggulan yang dibeli dari perkebunan di daerah Semarang. Dia juga membidani lahirnya kelompok tani yang nantinya memproyeksikan pada kegiatan: Perawatan tanaman, pemupukan, dan penderesan/penyadapan. Menurutnya yang juga sebagai ketua kelompok tani tersebut, penyadapan akan bisa dimulai pada tahun 2011.
Gambar di atas merupakan tanah presil yang diambil pada tahun 2008, dimana saat itu tanaman karet baru berumur sekita 2 tahun. Pada saat penyadapan kelak dimulai, tentu presil akan menjadi wilayah yang sangat strategis. Saat itu presil sudah terlihat rimbun dan teduh dengan hutan karetnya, sementara kegiatan ekonomi akan menggeliat di daerah Tlaga pada umumya.
Tentang bagaimana pengangkutan getah karet dari Presil ke pabrik, atau ke penampungan sementara. Proses penggumpalan, hingga dibuat sir (gelondongan) sampai pengiriman ke ke pemasok. Alat apa saja yang harus diadakan, dan menjadi potensi bisnis tersendiri bagi pedagang sekitar, kebutuhan petani juga akan meningkat dengan adanya kegiatan produktif tersebut, tentu juga menjadi lahan bisnis terendiri dalam hal logistik dan barang-barang kebutuhan hajat masyarakat. Semua itu, akan kami liput secara lengkap dari nara sumber, Bp. Supar di Tlaga sana pada saat lebaran nanti. Tentu, kami juga akan memuat foto terbaru dari perkebunan Karet tersebut sekaligus menikmati panorama indah bukit presil yang dikelilingi oleh hutan pinus yang tanamanya sudah disadap terlebih dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar